Manchester United resmi memutus kontrak Erik ten Hag setelah kekalahan memalukan melawan West Ham yang kini berada di papan bawah. Kekalahan ini menjadi puncak dari rentetan hasil buruk yang membuat United merosot ke peringkat 14 di Premier League, sekaligus menandai awal musim terburuk dalam sejarah mereka di liga.
Di sisi lain, di ajang Liga Europa, MU masih tanpa kemenangan, hanya mampu meraih hasil imbang dalam tiga laga pertama. Kini, Ruud van Nistelrooy yang dipercaya mengisi kekosongan, harus menghadapi tantangan berat untuk mengembalikan kepercayaan dan performa tim yang tengah berada di titik nadir.
Situasi ini menimbulkan banyak pertanyaan, terutama apakah Van Nistelrooy mampu membawa perubahan signifikan dalam waktu singkat. Beberapa pengamat, termasuk mantan pemain MU, Gary Neville, meragukan kemungkinan tersebut. Ia menilai butuh lebih dari sekadar perubahan susunan pemain untuk memperbaiki masalah yang begitu mendalam di tubuh tim Setan Merah.
Kegagalan Erik ten Hag: Faktor-faktor yang Membawa Manchester United ke Titik Terendahnya
Di bawah asuhan Erik ten Hag, ekspektasi tinggi diberikan kepada Manchester United untuk dapat meraih stabilitas dan kembali berjaya di papan atas Premier League. Ten Hag datang dengan reputasi sebagai manajer sukses di Ajax, dan ia didukung besar-besaran oleh klub melalui belanja pemain di bursa transfer musim panas. Namun, kenyataan tidak semulus yang diharapkan. Ten Hag hanya mampu membawa kemenangan dalam beberapa pertandingan awal, dan semakin ke sini, performa timnya justru menunjukkan ketidakkonsistenan yang serius.
Masalah utama yang mencuat di era Ten Hag adalah ketidakmampuan para pemain untuk menjalankan strateginya dengan baik. Formasi yang terus berubah, strategi yang dianggap kurang sesuai dengan karakter pemain, serta penurunan mental dan kepercayaan diri, menjadi beberapa penyebab utama kegagalan ini. Bahkan, beberapa pemain kunci yang sempat menjadi andalan justru mengalami penurunan performa drastis.
Selain itu, performa di Liga Europa turut memperburuk keadaan. Tanpa kemenangan dalam tiga pertandingan, hasil imbang melawan klub-klub seperti Twente, Porto, dan Fenerbahce menunjukkan bahwa masalah United bukan hanya ada di liga domestik, tetapi juga di kancah internasional. Kritik tajam dari pengamat dan mantan pemain pun tak bisa dihindarkan. Mereka menyebut bahwa kepemimpinan Ten Hag gagal memberi dampak positif bagi tim yang seharusnya memiliki potensi besar.
Tantangan Awal Van Nistelrooy: Membangun Kembali Kepercayaan dan Identitas Tim
Setelah pemecatan Ten Hag, Van Nistelrooy dihadapkan pada tanggung jawab besar untuk memimpin tim. Pertandingan Carabao Cup melawan Leicester City dan laga krusial melawan Chelsea akan menjadi ujian awal bagi mantan penyerang United ini. Tentu saja, ekspektasi para penggemar langsung mengarah kepadanya, meski waktu yang tersedia sangat terbatas untuk dapat menciptakan perubahan besar.
Namun, Van Nistelrooy tak asing dengan Manchester United. Pengalamannya sebagai pemain dan pelatih muda di lingkungan sepak bola Inggris diharapkan mampu memberikan pemahaman mendalam tentang bagaimana membawa pemain kembali ke jalur kemenangan. Hal utama yang mungkin dilakukan oleh Van Nistelrooy adalah menciptakan suasana yang lebih positif di ruang ganti. Para pemain yang tampak kehilangan semangat membutuhkan sosok yang bisa memberikan motivasi baru dan rasa percaya diri yang hilang.
Gary Neville bahkan menyebutkan bahwa Van Nistelrooy mungkin tak akan melakukan perubahan drastis, tetapi akan lebih berfokus pada pendekatan sederhana seperti memilih susunan pemain yang lebih solid dan kompak. Neville menambahkan bahwa fokus utama Van Nistelrooy adalah menyelamatkan musim ini dengan memanfaatkan waktu yang ada sebaik mungkin, mengingat tekanan yang ia hadapi untuk mengembalikan performa tim dalam waktu singkat.
Pekerjaan Rumah Besar: Perbaikan Mental dan Konsistensi Pemain
Salah satu aspek paling kritis dari masalah Manchester United saat ini adalah ketidakmampuan para pemain untuk tampil konsisten. Sepanjang era Ten Hag, pemain-pemain kunci seperti Bruno Fernandes, Marcus Rashford, dan bahkan pemain baru tidak tampil sesuai ekspektasi. Situasi ini membuat Van Nistelrooy harus menghadapi pekerjaan rumah besar untuk mengembalikan mental para pemainnya agar bisa kembali bertarung di lapangan.
Gary Neville menyoroti pentingnya pendekatan psikologis dalam menangani tim ini. Menurutnya, Van Nistelrooy harus bisa membangun komunikasi yang kuat dan mendekati setiap pemain dengan cara yang berbeda, karena setiap individu dalam tim membutuhkan dukungan dan motivasi yang berbeda-beda. Jika Van Nistelrooy bisa membangun kepercayaan dan kerja sama di antara para pemain, ada harapan besar bahwa mereka bisa bangkit secara perlahan dan konsisten hingga akhir musim.